Minggu, 12 Agustus 2012

PITUTUR

Filsafat Reog Ponorogo
Posted: March 2, 2010 by openwinside in Uncategorized


Nama asli dari kesenian ini adalah REYOG. Huruf-huruf reyog mewakili sebuah huruf depan kata-kata dalam tembang macapat Pocung yang berbunyi: (R) rasa kidung (E) engkang sukmo adi luhung (Y) Yang Widhi, Yang Agung, (O) olah kridaning Gusti (G) gelar gulung kersaneng Kang Moho Agung. Menurut bupati pertama ponorogo, kata reog berasal dari kata Riyokkun yang maknanya berarti khusnul khotimah.
Sejarah Asal Muasal
Sejarah keberadaan Reog sebagai seni mulai muncul ketika pada thn 1400-an ketika itu Dadak Merak dimaksudkan untuk menyindir Raja Brawijaya V, yang lebih terpengaruh oleh permaisurinya. Bentuk Reog pun sebenarnya merupakan sebuah sindiran dari Demang Ki Ageng Kutu Suryongalam terhadap Majapahit, Prabu Brawijaya V yang bergelar Bhree Kertabumi yang belum melaksanakan tugas – tugas kerajaan secara tertib, adil dan memadai. Sebab kekuasaan raja dikuasai atau dipengaruhi bahkan dikendalikan oleh pemaisurinya. Digambarkan pada Dadak Merak (Singo Barong), bahwa Kepala Macan/Singo barong simbolisasi laki-laki diatasnya adalah Burung Merak sebagai simbolisasi wanita, Artinya Lelaki yang dibawah wanita. Konon waktu itu para penari reog sebenarnya adalah sekumpulan pendekar-pendekar (bekas pasukan khusus Majapahit) yang kecewa terhadap junjungannya yang berniat memberontak. Akhirnya diredam oleh para petinggi kerajaan yang sangat berpengaruh dengan dialihkan menjadi suatu bentuk perkumpulan kesenian.
  • Dadak merak : melambangkan kekuasaan / kecantikan.
  • Barong : melambangkan kekuatan atau lelaki perkasa. Legenda menyebutkan bahwa barong yang dihiasi merak menandakan bahwa Raja Brawijaya V tak berkutik dibawah dewi campa (permaisuri) .
  • Warok dengan berpakaian hitam dengan muka merah: Menggambarkan tokoh yang beringas dan penuh dengan ilmu hitam. Namun legenda lain menceritakan sosok warok adalah pasukan yang bersandar pada kebenaran dalam pertarungan antara yang baik dan jahat dalam cerita kesenian reog. Orang sakti dan memiliki kearifan yang tinggi, serta menjadi tokoh sentral atau “orang tua” didaerahnya masing-masing yang disegani. 
  • Gemblak / penari jatilan : Gemblak / jatilan adalah lelaki kesayangan dari warok. Memelihara gemblak adalah tradisi, seolah menjadi kewajiban setiap warok untuk memelihara gemblak agar bisa mempertahankan kesaktiannya. 
Legenda lain yang menyebutkan bahwa jatilan ( pasukan berkuda ) yang bersifat fiminim mengilustrasikan bahwa prajurit majapahit bak perempuan yang tidak bernyali untuk menggempur demak bintoro.
Jadi Reog merupakan “sindiran” kepada Raja Bra Kertabumi dan kerajaannya. Pagelaran Reog menjadi cara Ki Ageng Kutu membangun perlawanan masyarakat lokal menggunakan kepopuleran Reog.
Urutan Tarian
Alur cerita pementasan Reog yaitu warok, kemudian jatilan, Bujangganong, Kelana Sewandana, terakhir barongan atau dadak merak.
Alur Cerita
Versi resmi alur cerita Reog Ponorogo kini adalah cerita tentang Raja Ponorogo yang berniat melamar putri Kediri, Dewi Ragil Kuning, namun ditengah perjalanan ia dicegat oleh Raja Singabarong dari Kediri. Pasukan Raja Singabarong terdiri dari merak dan singa, sedangkan dari pihak Kerajaan Ponorogo Raja Kelono dan Wakilnya Bujanganom, dikawal oleh warok (pria berpakaian hitam-hitam dalam tariannya), dan warok ini memiliki ilmu hitam mematikan. Seluruh tariannya merupakan tarian perang antara Kerajaan Kediri dan Kerajaan Ponorogo, dan mengadu ilmu hitam antara keduanya, para penari dalam keadaan ‘kerasukan’ saat mementaskan tariannya.
SISI LAIN ARJUNA

Arjuna,  di India asal mula cerita Ephos Mahabarata, dimana di tanah jawa diterjemahkan dengan sangat bagus dan seolah telah menyatu dengan cultur jawa, nama Arjuna  cukup satu saja yaitu Arjuna. Tapi di Jawa nama Arjuna bisa banyak, Arjuna, Permadi, Pamadi, Janoko, dan masih banyak lagi. Nama nama ini tentu sangat "akulturatif" dan punya makna dan maksud tertentu.

Nama Janoko misalnya, konon digagas dan diciptakan oleh Ki Sunan Kalijaga yang asal kata dari Jannaatuka (bhs arab) yang artinya surgamu. Tapi lidah jawa terlalu sulit mengucapkan itu sehingga berubah menjadi "Ja no ko ". Ini tentu punya arti yaitu sebuah pesan yang ditujukan kepada kaum perempuan. Bahwa surga perempuan itu apabila sudah menikah terletak di bawah laki laki yang menjadi suaminya. Sehingga khususnya di tanah jawa konon ada pepatah bahwa perempuan itu  'suargo nunut neroko katut'. Bahwa derajad atau keburukan yang disandang oleh suami maka istri ikut merasakannya. Suargo nunut neroko katut itu  terjemahannya bisa secara duniawi dan ukhrowi. Secara duniawi barangkali masih terjadi disekitar kita bahwa kalo suaminya jadi Lurah maka istrinya dipanggil Bu Lurah. Suaminya jadi Camat, istrinya dipangil bu Camat. Meskipun yang benar sesungguhnya tidak seperti itu.  Tapi yang repot kalo  suaminya Bupati, istrinya dipanggi apa....ha ha ha ha.....

Begitu pula kalo suaminya menjadi orang yang berperilaku kurang baik, misalnya maling, perampok misalnya, maka istripun ikut mendapat stikma yang sama.

Dari segi ukhrowi, konon katanya ketaatan istri pada suami sejauh suaminya tidak menymipang  syara' yang telah digariskan maka akan menyebabkan ia akan masuk syurga . Ada sebuah riwayat, pada jaman nabi SAW, ada sahabat nabi yang sudah sekarat, lalu orang tadi minta tolong sahabat lainya untuk memanggilkan anak perempuannya yang sudah menikah yang tentunya sudah ikut suami, mungkin bapak yang sudah sekarat tadi mau menyampaikan pesan terakhir sebelum meninggal. Tapi anak prempuannya tadi menolak untuk menemui ayahnya dengan alasan, belum mendapat ijin dari suaminya. Sampai ayahnya meninggal anak perempuan tadi tidak menemui ayahnya. Lalu Nabi bersabda, sesungguhnya oleh karena ketaatan anak permpuan yang tidak menemui ayaahnya yang sudah skaratul maut karena belum mendapat ijin dari suaminya itu menyebabkan Allah mengampuni dosa dosa ayahnya.

ARJUNA BERISTRI BANYAK

Di tanah Jawa dan juga di Indonesia terlanjur punya image bahwa Arjuna itu "don juan" di mana mana punya perempuan yang jadi kekasihnya. Tapi sebenanrnya kalo kita lihat dalam cerita pewayangan memang Arjuna itu suka mengembara, tapi kepergianya  biasanya  untuk 3 hal. Pertama, bertapa untuk mendapatkan "Ilmu kasampurnaning urip". Kedua, berguru kepada pandito yang ampuh. Ketiga, berperang memerangi angkara murka, dalam berperang inilah tidak jarang Arjuna karena kemenangannya dihadiahi negara bahkan prempuan cantik.

Itulah Arjuna atau Janoko atau Permadi dengan wajahnya yang tampan dan dedek piadeknya yang "pidekso", sakti mandra guna jayeng palugon disertai dengan ilmu kasampurnaning urip yang sudah cukup tinggi menjadi sangat mempesona khususnya di mata kaum hawa, dari gadis gadis bahkan sampai yang sudah punya suami.

Dalam cerita pewayangan istri Arjuna itu yang serumah ada 3, Dewi Larasati, Dewi Roro Ireng dan Srikandi. Hal ini sebenarnya bisa iya tapi juga sanepan, Dewi Larasati tabiatnya romantis dan sangat pandai dalam bercinta, Dewi Roro Ireng tipikalnya adalah lembut keibuan yang menetramkan hati, lalu Srikandi adalah punya tabiat seperti teman atau sahabat yang pasti akan mengkritik habis habisan bila Arjuna lalai dalam tugasnya senagai ksatria sejati .

Ketiga Istri Arjuna tadi sebenarnya punya makna simbolik, bahwa seorang istri yang ideal adalah seorang yang harus bisa berfungsi sebagai kekasih yang panda bercinta, Ibu yang menetramkan hati dan teman yang berani mengingatkan apabila suaminya mau menyimpang dari rel rel yang digariskan.

Itulah sekelumit sisi lain dari si "lelananging jagad" Arjuna atau Permadi atau Janoko.....

--------------------ooooo00000ooooo-------------------

Tulisan di atas hanyalah Ocehan semata,  buat pengantar minum kopi atau teh saja, kebenarannya?
wallahu a'lam bissawab.

Samsul Bahri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar