Minggu, 12 Agustus 2012

Potensi Wisata Ponorogo

Kriteria Desa Wisata

Pada pendekatan ini diperlukan beberapa kriteria yaitu :
  1. Atraksi wisata; yaitu semua yang mencakup alam, budaya dan hasil ciptaan manusia. Atraksi yang dipilih adalah yang paling menarik dan atraktif di desa.
  2. Jarak Tempuh; adalah jarak tempuh dari kawasan wisata terutama tempat tinggal wisatawan dan juga jarak tempuh dari ibukota provinsi dan jarak dari ibukota kabupaten.
  3. Besaran Desa; menyangkut masalah-masalah jumlah rumah, jumlah penduduk, karakteristik dan luas wilayah desa. Kriteria ini berkaitan dengan daya dukung kepariwisataan pada suatu desa.
  4. Sistem Kepercayaan dan kemasyarakatan; merupakan aspek penting mengingat adanya aturan-aturan yang khusus pada komunitas sebuah desa. Perlu dipertimbangkan adalah agama yang menjadi mayoritas dan sistem kemasyarakatan yang ada.
  5. Ketersediaan infrastruktur; meliputi fasilitas dan pelayanan transportasi, fasilitas listrik, air bersih, drainase, telepon dan sebagainya.
Baru Klinting, Telaga Ngebel Ponorogo

Ponorogo, selain terkenal dengan Reyognya, juga terkenal dengan telaga Ngebelnya yang sejuk, asri, dan siap ‘mencuci mata’ pengunjungnya. Ini merupakan salah satu obyek tujuan wisata alam di Ponorogo, belum lengkap bila belum menengok salah satu tempat wisata paling legendaris dan paling populer ini. Telaga Ngebel ini berada di Kecamatan Jenangan, daerah Ponorogo Timur yang berdekatan dengan gunung Wilis.  “Ngebel” berasal dari bahasa Jawa, ‘ngembel‘ atau berair; jaman dahulu, ada seorang Wara’i atau orang yang sakti ilmu kanuragan dan ilmu agamanya melewati suatu daerah di kawasan Ponorogo dan melihat fenomena tanah yang berair itu. Maka sang Wara’i pun berujar: “Ana sak wijining jaman, tlatah iki kasebut Ngembel – pada suatu saat nanti daerah ini bernama Ngembel”. Tetapi karena lidah yang salah kaprah dalam waktu yang lama dan turun temurun, maka Ngembel pun berubah menjadi Ngebel.


Masyarakat Ngebel sendiri memiliki dongeng tentang asal muasal Telaga yang menjadi icon Ponorogo. Jaman dahulu, ada sepasang suami istri yang tinggal di kampung yang melahirkan anak seekor ular naga. Naga itu diberi nama Baru Klinting. Melihat keanehan wujud Baru Klinting ini, mereka tak berani tinggal di kampung tersebut karena takut menjadi bahan gunjingan tetangga. Suatu hal yang tak masuk akal adalah mengapa “sepasang manusia memiliki anak seekorular naga?” Namun, itulah adanya. Mereka pun mengungsi ke puncak gunung untuk mengasingkan diri dan memohon pada Sang Hyang Widhi agar mengembalikan rupa putra mereka ke wujud manusia. Doa itu pun didengar. Syarat yang harus dilakukan oleh Baru Klinting adalah melakukan pertapaan selama 300 tahun dengan cara melingkarkan tubuhnya di gunung Semeru. Sayang, panjang tubuhnya kurang sejengkal untuk bisa melingkari seluruh gunung. Maka, untuk menutupi kekurangan itu, ia menyambungkan/ menjulurkan lidahnya hingga menyentuh ujung ekornya. Rupanya, syarat untuk menjadi manusia tak hanya itu. Sang Hyang Widhi meminta sang Ayah agar memotong lidah Baru Klinting yang sedang bertapa tersebut. Baru Klinting yang bersemedi tak menolak toh demi kebaikannya agar menjadi manusia.

Saat waktu bertapa hampir selesai, ada kepala kampung yang akan menikahkan anaknya. Kepala kampung ini sibuk mempersiapakan segala sesuatunya, terlebih lagi soal hidangan. Konon, mereka akan menggelar pesta pernikahan yang sangat mewah dan sangat besar. Untuk menutupi kekurangan bahan makanan, secara sukarela warga membantu berburu di hutan. Ada yang mencari buah-buahan, ranting/ kayu bakar hingga hewan buruan seperti rusa, kelinci, maupun ayam hutan. Tanpa sengaja, ada sekelompok warga yang mengayunkan parangnya pada pokok pohon tumbang. Namun, alangkah kagetnya mereka ternyata parang itu malah berlumuran darah. Dari pokok pohon tumbang itu mengucur darah segar. Bahkan, mereka baru sadar kalau yang mereka tebas tadi bukan pohon tumbang tetapi ular raksasa/ ular naga. Melihat hal ini, warga pun beramai-ramai mengambil dagingnya untuk dimasak dalam pesta pernikahan tersebut.

Hari H pesta adalah hari berakhirnya pertapaan Baru Klinting. Benar saja, naga itu berubah wujud menjadi anak kecil. Sayangnya, si anak mengalami kesusahan dalam berbicara karena lidanya dipotong sebagai syarat menjadi manusia. Tak hanya itu, tubuhnya penuh dengan borok yang membusuk lantaran saat bertapa tubuhnya disayat-sayat untuk diambil dagingnya oleh warga sebagai bahan pesta. Lalu, anak itu mendatangi pesta kepala kampung. Anak itu kelaparan dan memohon agar diberi makanan. Namun, tak satu pun warga yang memedulikannya. Warga malah mengejek dan mengusir anak kecil itu. Melihat nasib anak itu, seorang wanita tua merasa kasihan dan membawanya pulang.

Lalu si anak diberi makan dengan lauk berupa daging yang diterima dari pesta kepala kampung. Si anak pun makan dengan lahap tapi dia tak mau memakan daging itu. “Bu, saya pikir sudah tak ada lagi orang baik di kampung ini. Rupanya, masih ada orang seperti Anda. Ketahuilah, sebentar lagi kampung ini akan tenggelam. Maka dari itu, mengungsilah” Begitu pesan Baru Klinting selesai makan. Si wanita tua itu pun menuruti ucapan Baru Klinting tanpa banyak pertanyaan.

Lalu, Baru Klinting pun kembali ke tempat pesta. “Wahai warga semua, lihatlah di tanganku. Aku memiliki sekerat daging. Jika kau mampu memenangkan sayembara yang kuadakan, maka ambillah daging ini. Namun, jika kalian tak mampu, maka berikanlah semua daging yang kalian masak padaku” ucap Baru Klinting. Lalu, Baru Klinting pun menancapkan sebatang lidi ke tanah. “Barang siapa yang mampu mencabutnya, maka kalian memenangkan sayembara ini”. Warga pun mencoba satu per satu. Semuanya tak mampu mencabut sebatang lidi tersebut. Sayangnya, warga tetap tak mau mengembalikan daging yang telah mereka masak. “Lihatlah ketamakan kalian wahai manusia.

Lihatlah ketidak pedulian kalian pada sesama, pada manusia yang cacat sepertiku. Bahkan kalian tidak mau mengembalikan hakku.  Ketahuilah, daging yang kalian masak itu adalah dagingku saat aku menjadi ular naga. Maka, kalian berhak mendapatkan balasan setimpal.  Baru Klinting pun segera mencabut lidi tersebut. Keanehan pun terjadi. Dari lidi itu mengucur air, terus menerus hingga menenggelamkan kampung tersebut. Bahkan sejak itu pula, Baru Klinting berubah lagi menjadi ular dengan melingkarkan tubuhnya di dasar telaga yang bentuknya menyempit di bagian bawah itu. Saat ini, telaga itu masuk daerah Ngebel sehingga terkenal dengan telaga Ngebel.
 
WISATA TELAGA NGEBEL PONOROGO

Obyek wisata telaga Ngebel memang indah pemandangannya, sejuk hawanya, telaganya begitu indah, airnyanya begitu bening danmenakjubkan.  Para wisatawan dalam negeri dan luar negeri sudah banya melihat keindahan telaga Ngebel Ponorogo. Danau Ngebel ini terletak di lereng gunung Wilis dengan ketinggian 734 meter di atas laut dan suhu 22-32oC. Dengan luas permukaan sekitar 1,5 km, danau Ngebel dikelilingi oleh jalan sepanjang 5 km. Danau ini memiliki panorama yang menakjubkan, udara sejuk dengan kondisi alam gadis yang terus satu juta potensi untuk digali. Kami juga bisa bertemu dengan berbagai buah-buahan seperti: durian, manggis, pundung, dll Di danau juga menyebar berbagai ikan, salah satunya adalah varietas ikan yang dilindungi. Hal ini Hampala ikan atau penduduk lokal bernama Ngongok ikan. Untuk itu tujuan, fasilitas akomodasi juga tersedia yang sudah untuk pengunjung yang ingin menghabiskan malam. Fasilitas ini dikelola oleh Pemerintah Daerah dan perusahaan swasta.



LARUNG SESAJI DI TELAGA NGEBEL

 Kebiasaan masyarakat Ponorogo, setiap menjelang 1 Muharram, melakukan kegiatan larung sesaji, kegiatan ini dilakukan untuk menyambut datang nya hari suro (dalam bahasa jawa)/1 Muharram. larung sesaji sudah dilakukan sejak jaman kerajaan dulu,dan sampai sekarang masih di lestarikan.

Legenda REOG PONOROGO dan WAROK

Salah satu ciri khas seni budaya Kabupaten Ponorogo Jawa Timur adalah kesenian Reog Ponorogo. Reog, sering diidentikkan dengan dunia hitam, preman atau jagoan serta tak lepas pula dari dunia mistis dan kekuatan supranatural. Reog mempertontonkan keperkasaan pembarong dalam mengangkat dadak-merak seberat sekitar 50 kilogram dengan kekuatan gigitan gigi sepanjang pertunjukan berlangsung. Instrumen pengiringnya, kempul, ketuk, kenong, genggam, ketipung, angklung dan terutama salompret, menyuarakan nada slendro dan pelog yang memunculkan atmosfir mistis, unik, eksotis serta membangkitkan semangat. Satu group Reog biasanya terdiri dari seorang Warok Tua, sejumlah warok muda, pembarong dan penari Bujang Ganong dan Prabu Kelono Suwandono. Jumlah kelompok reog berkisar antara 20 hingga 30-an orang, peran utama berada pada tangan warok dan pembarongnya.

WISATA AIR TERJUN PLETHUK


Obyek wisata air terjun Plethuk terletak di timur kota Ponorogo, yaitu di Desa Jurug, Kecamatan Sooko. Air terjun setinggi lebih dari 30 meter ini mempunyai pemandangan yang luar biasa alami. Bagi anda yang ingin melepas lelah sambil menikmati wisata naik turun gunung, silakan datang ke AIR TERJUN PLETHUK PONOROGO.
Perjalanan dapat dilakukan dengan mengendarai sepeda motor dari pusat kota.
Kalau perjalanan diawali dari kawasan Alon-alon, mengikuti jl. Jend. Sudirman ke timur, akan dijumpai sebuah pertigaan dan bunderan (kawasan Ngepos, disini tersedia para penjual sate ayam dan beberapa kuliner khas Ponorogo). Setelah melewati pertigaan tersebut, tetap mengikuti arah ke timur, jalan yang dilewati adalah Jl. Gajah Mada. Di setiap perempatan/pertigaan besar di Ponorogo selalu ada sebuah bunderan yang diatasnya berdiri sebuah patung tokoh dalam reyog Ponorogo. Di perempatan setelah kawasan Ngepos ke timur, akan bertemu dengan traffic light (kawasan perempatan Tonatan, di sebelah selatan jl. Gajah Mada berdiri megah sebuah hotel). Setelah melewati kawasan Tonatan, mengikuti arah timur, akan menemukan Jl. IR. Juanda. Setelah kurang lebih 5 - 10 menit akan menemukan kembali bundaran dan lampu lalu lintas. Kawasan ini disebut Jeruksing.

Pengrajin kendang Ponorogo

Pengrajin kendang di Dusun Sukamakmur, Desa Ngilo Ilo, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo seperti berjalan seorang diri selama 19 tahun menekuni profesinya. Tak ada pembinaan apalagi bantuan pendukung, namun dia berjuang agar tetap eksis di tengah moderninsasi. Kendang merupakan instrument vital bagi atraksi Reog Ponorogo. Bayangkan jika reog tanpa kehadiran kendang. Akan terasa hambar. Sadar akan pentingnya profesinya membuat instrumen pendukung kesenian reog itu, maka pengrajin kendang tetap menggeluti usahanya. Jika ditelusuri lebih mendalam, usaha yang dirintis ini, juga turut menyokong dan membesarkan nama Ponorogo melalui hasil kerajinannya. Bahkan reog sekarang yang menasional dan mendunia.

TRADISIONAL - Mukri dengan peralatan tradisional menekuni pembuatan kendang untuk menunjang kesenian reog. Foto: Surya/Sudarmawan.
Sumber: http://pawargo.com/tag/tangan/

PERAJIN REOG BANJIR ORDER
Setiap bulan Muharam (Islam) atau Suro(Jawa), senantiasa membawa berkah bagi masyarakat Ponorogo, para pengrajin reyog biasanya kebanjiran order. Kalau musim seperti ini, pesanannya dapat meningkat hingga 50 persen.
Dalam kondisi biasa, pesanan sekitar tiga hingga lima set yang bisa diselesaikan dalam tiga sampai empat bulan. Pada bulan Muharam pesanan dapat bertambah menjadi 10 set dalam tiga bulan. Pemesannya terbanyak dari luar kota seperti Tulungagung, Blitar dan Solo, bahkan ada yang dari Jakarta. Sayangnya para pengrajin enggan membuka harga yang dia patok untuk setiap set reyog yang dibuatnya, pokoknya ya kembali modal. Untuk satu set termasuk perlengkapan gamelan, seorang pengrajin mampu mengerjakan sekitar dua hingga tiga minggu dibantu beberapa karyawannya. Termasuk spesialis pemahat gendang yang hanya dipekerjakan ketika ada pesanan saja. Kalau tidak ada pesanan, paling saya membuat almari di rumah.

Sate Ayam Ponorogo

Sate Ayam Ponorogo, kuliner dengan sajian khas Nusantara ini lebih dari apa yang anda rasakan dengn sate-sate ayam lainnya. Dagingnya yang besar tidak akan pernah membuat anda puas untuk menyantapnya, selalu ingin menambah dan menambah lagi. Dagingnya spesial menggunakan ayam kampung pilihan yang dipilih secara spesial untuk anda bagi penikmat Sate Ayam. Kelebihan kuliner Sate Ayam Ponorogo (Chicken Satay of Ponorogo) ini dapat langsung dinikmati walau tanpa menggunakan bumbu kacang yang biasa disajikan bersama sate tersebut. Namun, akan terasa lebih nikmat dan spesial lagi, apabila disajikan bersama bumbu kacangnya yang khas untuk sate ayam. Bukan hanya manis, sensasi pedasnya dapat anda rasakan dari dalam daging ayam yang sudah disate tersebut.  Sate Ayam Ponorogo, dapat dinikmati secara spesial dengan mendatangi kota Ponorogo secara langsung. Keramahan warga kota Ponorogo akan memberikan rasa yang lebih disaat menikmati Sate Ayam Ponorogo tersebut. Tempat-tempat yang dapat anda kunjungi di kota Ponorogo, antara lain: Ngepos, Gang Sate dan Pak Bagong (tempat langganan saia bersantap ria bersama keluarga dan rekan kerja).
Wisata Ngembak Ponorogo

Obyek wisata Ngembak sangat terkenal di Ponorogo. Pengunjung terbanyak adalah pada hari Minggu.Rata-rata anak-anak seusia TK dan SD banyak berkunjung ke Ngembak.Mereka ke sana sekedar melepas lelah. Bangunan wisata Ngembak sekarang tampak indah dan menarik. Di situ sudah ada kolam renang,taman bermain,tempat teduh yang rindang serta atraksi terjun dan panjat tali. Tak ketinggalan disitu sudah di bangun kebun binatang. Ada burung Merak, burung Kugeru, burung Kaka Tua dan ayam hutan. Pemandangan wisata Ngembak juga dilengkapi warung kopi serta aneka jenis makanan lainnya. Ke tempat wisata situ kalau bersama pacar akan ada kenangan tersendiri bila disertai kenangan berupa kegiatan pemotretan untuk diri sendiri,siapa tahu itu kan membawa nostalgia yang nyaman. Bangunan wisata Ngembak berdiri sekitar tahun 2003. Ngembak sekarang perlu untuk di jadikan daerah tujuan wisata Jawa Timur.Kita berharap semoga saja tanah yang berupa tegalan bisa di manfaatkan untuk dijadikan wisata kebun bunga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar